Entri Populer

Rabu, 16 Februari 2011

Memperkuat kekompakkan tulang dengan Nigari

Berjalan kaki 10.000 langkah sehari manjur mengatasi tulang rapuh atau osteoporosis. Cara lain rutin konsumsi nigari.
Cara mudah, murah, dan aman untuk menghindari osteoporosis memang berjalan kaki. Menurut dokter spesialis bedah Orthopaedi dan Traumatologi di Kudus, Jawa Tengah, dr A Artanto Dibyosubroto SpOT, FICS, osteoporosis adalah suatu keadaan pada tulang manusia yang mengalami penyusutan massa kalsium. Akibatnya tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Artanto mengungkapkan osteoporosis kebanyakan terjadi pada usia lanjut karena semakin berkurangnya hormon estrogen.
‘Pada wanita hormon ini berkurang ketika memasuki masa menopause karena rahim tempat produksi estrogen terbanyak sudah tidak dapat berproduksi lagi,’ kata Artanto. Cara terbaik mengatasi osteoporosis adalah bergerak. Saat bergerak tulang akan mengikat kalsium lebih banyak daripada yang jarang bergerak. Penderita osteoporosis juga bisa terjadi pada orang yang mengalami malnutrisi berupa kekurangan kalsium.
Angkat rahim
Selain berjalan kaki, konsumsi rutin nigari atau sari air laut terbukti mencegah osteoporosis. Nigari (dalam bahasa Jepang berarti pahit, mengacu pada rasanya) adalah air sisa kristalisasi dari pembuatan garam yang kaya beragam mineral seperti magnesium dan kalsium. Itu hasil riset ilmiah peneliti di Balai Besar Industri Agro (BBIA), Bogor, Jawa Barat, Ir Agus Sudibyo, MP dan dosen Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Dr drh Umi Cahyaningsih MS .
Setiap pembuatan 1 ton garam memerlukan 50 m3 air dan menyisakan air 3,8% atau 1,9 m3. Air sisa itu ternyata masih banyak mengandung garam-garam mineral seperti kalsium sebanyak 103,15 mg/l dan magnesium 51,535 mg/l yang berguna bagi kesehatan. Sebagai perbandingan susu sapi mengandung kalsium 115 mg/l dan magnesium 103 mg/l.
Itulah sebabnya Sudibyo tergerak meriset nigari pada Maret - November 2009. Ia menggunakan sari air laut dari PT Garam, Jawa Timur. Dalam uji praklinis itu, Dr drh Umi Cahyaningsih MS, membagi tikus menjadi 5 kelompok masing-masing terdiri atas 8 ekor betina. Umi melakukan ovarektomi - mengambil ovarium tikus melalui pembedahan untuk memicu osteoporosis - pada 4 grup satwa pengerat itu. Satu kelompok tanpa ovarektomi sebagai pembanding.
Menurut ahli Imunologi alumnus University of Okayama, Jepang itu pengangkatan rahim menyebabkan tikus menopause dini. Biasanya 35 hari pascaovarektomi terjadi osteoporosis. Setelah osteoporosis menyerang, Umi memberikan sari air laut secara oral pada 3 kelompok pertama. Frekuensi pemberian sekali sehari selama 45 hari. Dua grup lain, tanpa pemberian sari air laut sebagai kelompok kontrol negatif dan positif. Dosis sari air laut berbeda masing-masing 0,6 ml, 1,2 ml, 2,4 ml per ekor setiap hari.
Tulang kuat
Pada hari ke-45 setelah perlakuan, Umi Cahyaningsih mengambil tibia tikus atau tulang betis pada kelompok yang ia beri sari air laut. Perempuan 53 tahun itu lantas memotong melintang tibia untuk melihat penampang trabekula pada tulang tikus.
Menurut Umi trabekula terlihat besar dan tidak patah-patah. Trabekula merupakan jaringan konektif padat, kaya kolagen, dan elastis. Hal itu menunjukkan tidak terjadinya osteoporosis. Hasil maksimal tampak pada kelompok tikus yang mengonsumsi 2,4 ml sari air laut per hari.
Namun, menurut peneliti Balai Besar Industri Agro, Irma Susanti STP, MSi, tidak semua sari air laut layak konsumsi. ‘Berdasarkan penelitian kami, ada beberapa pabrik garam yang air bittern (sari air laut, red) memiliki cemaran mikroba melebihi batas normal,’ kata alumnus Jurusan Kimia Universitas Indonesia itu. Oleh karena itu perlu sterilisasi sari air laut sebelum digunakan. Peneliti nigari dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Timur, Dr Nelson Sembiring, mengatakan sterilisasi sari laut dapat menggunakan auto clearing cristalizer. Peranti itu mampu menyaring dan memisahkan garam natrium (NaCl)dari sari air laut. Hasilnya, konsumsi sari air laut aman bagi manusia dengan takaran 5 - 7 tetes untuk 1 gelas air minum seperti kopi, teh, atau air putih.
Mengonsumsi sari air laut terbukti aman sebagaimana hasil riset Dra Rakhmawati MSi. Lethal dosage, (dosis mematikan) sari air laut mencapai 21 g sehingga relatif nontoksik. Konsumsi sari air laut dalam jangka panjang juga aman. ‘Air nigari tak berbahaya karena tak mengendap dalam darah, tapi dibuang melalui urine dan keringat,’ ujar Nelson, doktor alumnus Kyoto University itu.
Konsumsi sari air laut sama saja ‘menabung’ tulang untuk hari esok agar tulang kuat tanpa keropos. Apalagi jika kita juga rajin bergerak atau melangkah minimal 10.000 langkah setiap hari. Kini minum nigari, tulang kuat nanti. (Endah Kurnia Wirawati)

Nigari didapat dari sisa kristalisasi dalam pembuatan garam
Penggunaan air bittern belum optimal karena masih sering terbuang percuma
Dr drh Umi Cahyaningsih MS, melakukan uji in-vivo air bittern untuk melawan osteoporosis
Pascapemberian nigari, tulang tikus lebih padat, kaya kolagen, dan elastis
Sebelum pemberian air bittern
Setelah pemberian air bittern
Proses panen air pahit

Mineral Nigari (per 100 ml)
No
Parameter
Kadar(mg/L)
1
pH
7,008
2
Magnesium
51.535
3
Natrium
46.170
4
Kalium
14.490
5
Kalsium
103,15
6
Klor
69,4
7
Sulfat
<0,591
8
Fosfat
0,04
9
Besi
<0,027
10
Mangan
0,29
11
Tembaga
0,063
12
Boron
87,28
13
Kobalt
0,008
14
Krom
0,018
15
Nikel
0,006
16
Cadmium
0,083
17
Timah
<0,0003
18
Timbal
0,297
19
Merkuri
<0,0004
20
Astatin
0,014

PADUAN MENTIMUN DAN PARE TERBUKTI MENCEGAH KENCING BATU. PILIHAN LAIN, DUET MENTIMUN SEMANGKA.

Lorenzo Romero Baning dan Tjawa Noor Cholis tahu persis penderitaan akibat kencing batu. Ahli bedah urologi alumnus Universitas Airlangga dr Ahmad Bi Utomo SpBU, mengatakan bahwa batu yang terbentuk akibat sisa metabolisme tubuh itu sejatinya dapat keluar bersama urine. Syaratnya ukuran batu harus lebih kecil daripada saluran kemih yang berdiameter hanya 0,4 - 0,5 cm.
Ketika ukuran batu lebih besar daripada saluran itulah yang menyebabkan sakit luar biasa. Batu yang mengandung oksalat dan kalsium itu mungkin terdapat di ginjal, saluran uretra, atau saluran pengeluaran. Kehadiran batu memicu iritasi saluran kemih. Dampaknya saluran kemih rusak. Pada kasus tertentu, banyak muncul darah dalam urine. Para penderita melakukan beragam cara untuk mengatasinya melalui operasi atau mengonsumsi furosemid.
Dua bersaudara
Konsumsi furosemid menimbulkan beragam efek samping seperti gangguan keseimbangan elektrolit, hiperurisemia, bahkan tuli sementara. Sebagian penderita juga menyandarkan harapan pada herbal seperti daun kumis kucing Orthosiphon stamineus atau tempuyung Sonchus arvensis memang sohor sebagai penggempur batu ginjal. Pilihan herba lain untuk mengatasi kencing batu adalah paduan antara buah mentimun Cucumis sativus dan paria atau pare Momordica charantia.
Keduanya masih sekerabat, sama-sama anggota famili Cucurbitaceae. Selama ini masyarakat memanfaatkan keduanya masing-masing sebagai lalap dan sayur. Namun, di balik kelezatannya, sayuran buah anggota keluarga mentimun-mentimunan itu berkhasiat sebagai obat. Peneliti di Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, Sumi Wijaya dan Farida L Darsono melalui uji in vitro membuktikan bahwa mentimun dan pare sebagai antikencing batu.
Pada riset praklinis itu Wijaya mencuci mentimun dan pare, memblender, serta mengeringkan sebagai bahan baku granula atau butiran. Ia memilih bentuk granula karena lebih efisien. Perbandingan kedua bahan baku tanpa kupas kulit itu 1:1. Ia menambahkan laktosa dan metil selulosa - sebagai koagulan atau penggumpal - sedikit demi sedikit, lalu mengeringkan pada suhu 50oC hingga terbentuk granula. Kadar air granula 4,85%. Sediaan itulah yang ia berikan kepada 30 tikus putih jantan yang terbagi dalam 3 grup.
Peneliti itu kemudian menyuntikkan 2,5 g hidroksiprolin per kg bobot tubuh pada ke-30 tikus. Pemberian selama 3 hari berturut-turut. Hidroksiprolin merupakan protein bagian dari kolagen. Perannya sebagai penyambung dan pemberi rangka luar dari seluruh jaringan tubuh. Injeksi hidroksiprolin menyebabkan kadar kalsium meningkat dan urine menjadi jenuh. Sebagian kalsium tertimbun di ginjal sebagai kristal; sebagian lain, terbuang bersama urine. Oleh karena itu kadar kalsium dalam air kemih pun membubung.
Munurut Sumi Wijaya kristal kalsium yang tertimbun dalam ginjal memicu penyumbatan. Dampaknya volume urine pun berkurang. Ginjal juga mengalami kelainan sehingga karakteristik organ itu berubah, misalnya lebih berat daripada ginjal normal. Untuk mengetahui khasiat mentimun dan pare, peneliti itu menampung urine tikus selama 24 jam pada hari pertama dan ketiga. Selain itu mereka juga memeriksa ginjal tikus.
Antikalkuli
Hasil pemeriksaan ginjal menunjukkan bahwa pemberian mentimun dan pare tak berpengaruh pada rasio bobot dan ukuran organ itu. Konsumsi 2 bersaudara itu juga terbukti sebagai antikencing batu. Itu berdasarkan parameter penurunan kadar kalsium, pH urine, dan kenaikan volume urine 24 jam. Menurut konsultan ginjal hipertensi di Rumahsakit dr Sardjito Yogyakarta, dr Mochamad Sja’bani SpPD, dari keseluruhan batu ginjal 65 - 85% berupa kalsium, batu oksalat, kalsium oksalat, dan kalsium fosfat.
Menurut dr Aris Wibudi SpPD di Jakarta Timur, obat antikalkuli biasanya memang bersifat diuretik sehingga urine cenderung tak pekat. Urine yang pekat cenderung memicu batu ginjal. Volume air yang meningkat itu antara lain membawa kalsium. Mochamad Sja’bani menyatakan penurunan jumlah urine biasanya karena masukan cairan sedikit sehingga memicu pembentukan batu.
Herbalis di Pathok, Yogyakarta, Lina Mardiana, meresepkan mentimun untuk mengatasi batu ginjal. Namun, ia memadukan dengan semangka yang juga anggota famili Cucurbitaceae. Dosisnya cukup satu buah mentimun tanpa kupas dan irisan semangka setebal 1 cm. ‘Semangka dikupas kulit luar yang hijau, tetapi bagian dalam yang putih dapat diikutkan,’ kata Lina Mardiana. Ia mengatakan paduan itu dapat diblender atau konsumsi segar. ‘Bagi pria, semangka juga berkhasiat afrodisiak,’ kata Lina.
Daging buah semangka antara lain mengandung likofen - jenis karotenoid. Setiap gram daging buah bobot kering mengandung 23 - 72 mikrogram likofen. yang mewarisi ilmu pengobatan dari ibunya itu semula memang memadukan mentimun dan pare. Berdasarkan empiris pare memang mampu mengatasi batu ginjal. Namun, sayuran buah juga berefek samping, yakni menimbulkan batu empedu.
Itu hanya pengalaman pasien-pasien Lina yang belum terungkap duduk perkara secara ilmiah. Oleh karena itu ia mengganti pare dengan kerabatnya, semangka Citrullus vulgaris untuk mengatasi kalkuli atau kencing batu. Sejak mengganti pare dengan semangka, pasien yang mengeluh batu empedu setelah konsumsi ramuan itu tak pernah terjadi. Itulah sebabnya hingga kini, ia tetap meresepkan mentimun-semangka sebagai penghancur batu. Mereka bahumembahu menghancurkan batu. (Sardi Duryatmo)

Semangka secara empiris dimanfaatkan mengatasi kencing batu
Pare, tanpa dibuang bijinya bersama mentimun diblender hingga lembut
Secara ilmiah paduan mentimun dan pare terbukti mengatasi kencing batu
Lina Mardiana, semangka selain ampuh merontokkan batu ginjal, juga berkhasiat afrodisiak

Foto-foto: Dok. Trubus


Mentimun Antikalkuli
Parameter
Kelompok Kontrol
Kelompok Perlakuan
Mentimun-Pare
Furosemid
Volume urine rata-rata 24 jam pada pemeriksaan hari I (ml)
9,1 - 3.975
4,84 - 0,635
14,3 - 4,481
Volume urine rata-rata 24 jam pada pemeriksaan hari III (ml)
7,6 - 5,583
11,24 - 3,123
18,9 - 3,123
pH urine rata-rata 24 jam pada pemeriksaan hari I
8
9
8
pH urine rata-rata 24 jam pada pemeriksaan hari III
9
8
8
Kadar kalsium urine rata-rata 24 jam pada pemeriksaan hari I (mg/dl)
7,68 - 4,838
5,16 - 1,157
0,056 - 0,130
Kadar kalsium urine rata-rata 24 jam pada pemeriksaan hari III (mg/dl)
7,72 - 2,449
1,84 - 1,455
0,420 - 0,179

Sumber: Sumi Wijaya

Daun Sirsak vs Kemoterapi (Ribuan Kali Lebih Kuat)


Selamat ya, sudah hamil.’ Yanti Sumiati bertubi-tubi menerima ucapan itu dari rekan kerja, tetangga, dan saudara pada Mei 2010. Perutnya membesar. Banyak orang menerka ia hamil 5 bulan. Hati Yanti justru remuk‑redam. Sebab, bukan janin dalam kandungan, tetapi kanker serviks yang merenggut nyawa seorang perempuan setiap 4 menit.
Yanti Sumiati mengetahui kanker serviks itu ketika ia memeriksakan diri di sebuah klinik di Warungbuncit, Kotamadya Jakarta Selatan. Bagian bawah perut sakit, ‘Seperti ditusuk-tusuk, nyeri sekali,’ kata perempuan kelahiran Bogor, Jawa Barat, 20 Agustus 1978 itu. Rasa sakit menjalar ke kaki kiri. Kondisi itulah yang mendorong Yanti bergegas ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dr Slamet Zaeny SpOG, pada 6 Mei 2010.
Dokter yang memindai Yanti menggeleng-gelengkan kepala. ‘Lihat di monitor, kankernya sebesar kepala bayi,’ kata dr Slamet Zaeny SpOG seperti diulangi oleh Yanti. Kadar CA - indikator adanya sel kanker - 113,39 U/ml; normal, kurang dari 35 U/ml. Sambil berbaring, ia memandangi layar pemindai. Dokter menyarankan Yanti menjalani operasi. Namun, anak ke-3 dari 6 bersaudara itu memilih jalan lain. Sebab, sebelum pemeriksaan itu pada April 2008 ia menjalani operasi untuk mengatasi kista.
Namun, 2 tahun berselang ia terserang kanker serviks. Gejala munculnya kista sama persis dengan kanker serviks itu. Perempuan 32 tahun itu memilih pengobatan herbal. Ia mendatangi herbalis dan diberi 3 jenis herba dalam kapsul untuk sebulan. Sayang, Yanti yang membayar Rp9-juta tak mengetahui jenis tanaman obat yang ia konsumsi.
Batal operasi
Yanti disiplin mengonsumsi 3 kapsul herba itu 3 kali sehari. Namun, tanda-tanda kesembuhan tak kunjung muncul. Malahan perut kian membesar dan nafsu makan hilang. Warga Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasarminggu, Jakarta Selatan, itu juga mengalami insomnia dan merasa serbasalah: miring ke kiri sel kanker yang membesar ikut ke kiri, ke kanan, turut ke kanan. Keadaan itu menyebabkan Yanti memutuskan untuk menjalani operasi pada 10 Agustus 2010.
Sehari sebelumnya, ia menemui kedua orangtuanya di Ciampea, Kabupaten Bogor. Ketika itulah Yanti berjumpa dengan tetangganya, pendiri Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ervizal AM Zuhud MS. Zuhud mempunyai informasi tentang khasiat daun sirsak dari beberapa hasil penelitian di mancanegara. Guru besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor itu menyarankan agar Yanti mengonsumsi daun sirsak. Keesokan harinya, Yanti membatalkan operasi dan merebus 10 lembar daun sirsak segar dalam 3 gelas air hingga mendidih.
Setelah rebusan dingin, ia meminumnya. Frekuensi 3 kali sehari masing-masing segelas. Istri Fery Firmansyah itu juga menyantap daging buah sirsak sekali sehari. Ia memotong 4 bagian buah berukuran sedang, bobot 6 - 7 ons. Sepotong buah Annona muricata cukup untuk sehari. Pada 24 Agustus 2010, ia kaget bukan kepalang ketika mudah menarik risleting dan mengancingkan celana. Semula bukan hal gampang untuk mengenakan celana akibat perut yang kian membesar. Ia benar-benar baru sadar bahwa perut mengempis.
Pagi itu ia mencoba tidur, tetapi perutnya tanpa gelambir seperti sebelumnya. Ia miring ke kiri dan ke kanan beberapa kali, tetapi tak ada gumpalan dalam perut yang mengikuti gerakan seperti sebelumnya. ‘Saya menangis karena saking senangnya,’ kata perempuan yang menikah pada 2007 itu. Sembuh? Begitulah dugaan Yanti. Sebulan berselang ia menemui dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Hasil pemindaian menunjukkan tak ada lagi berjalan di serviks.
Menurut dokter sekaligus herbalis di Jakarta Timur, dr Willie Japaries MARS, hilangnya sel kanker dari serviks Yanti dapat melalui berbagai jalan seperti luruh bersama urine atau feses. Namun, menurut Yanti selama 14 hari konsumsi daun dan buah sirsak hingga perut mengempis, tak ada perubahan warna atau bentuk feses dan urine. Japaries mengatakan cara lain detoksifikasi adalah melalui keringat.
‘Pikiran saya lepas. Saya senang banget,’ katanya dengan wajah berbinar. Setelah perutnya mengempis, Yanti lahap setiap kali makan sehingga tubuh kian segar. Insomnia juga sirna sehingga kini ia bisa tidur nyenyak. Meski begitu hingga kini ia tetap mengonsumsi segelas rebusan daun sirsak sekali sehari.
10.000 kali
Perubahan kondisi perut yang semula seperti perempuan hamil lalu mengempis hanya dalam 2 pekan itu sangat cepat. Semula Zuhud memprediksi, perubahan itu baru tercapai setelah 3 bulan Yanti rutin mengonsumsi daun kerabat srikaya itu. Prediksi 90 hari itu berdasarkan informasi yang ia peroleh di internet.
Yanti Sumiati bukan satu-satunya yang merasakan khasiat daun anggota famili Annonaceae. Contoh lain, Sri Haryanto di Yogyakarta yang mengidap kanker prostat dan Yulisnawati (kanker payudara di Palembang, Sumatera Selatan).
Dokter juga menyarankan operasi pada Yulisnawati. Namun, ia lebih memilih mengonsumsi rebusan segelas daun sirsak 3 kali sehari. Dua bulan berselang, kondisi kesehatannya kian membaik. Yulisnawati belum mengecek ulang kondisi kanker. Pada kasus Haryanto, dokter tak menyarankan operasi karena usia pasien lanjut, 70 tahun. Haryanto yang juga herbalis itu mengonsumsi jus buah sirsak (baca: Sirsak Stop Kanker Prostat, halaman 18)
Selain ke-3 jenis kanker - serviks, payudara, dan prostat, daun sirsak juga terbukti secara ilmiah mengatasi antara lain kanker paru-paru, ginjal, pankreas, dan usus besar. Begitulah hasil riset peneliti di Sekolah Farmasi Purdue University, Indiana, Amerika Serikat, Jerry L McLaughlin. Peneliti yang memperoleh daun sirsak dari Garut, Jawa Barat, itu membuktikan bahwa daun Annona muricata manjur mengatasi 7 sel kanker. Daun sirsak yang selama ini terabaikan itu ternyata mujarab mengganyang sel kanker.
Ada apa di balik itu? Peneliti di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Prof Soelaksono Sastrodihardjo PhD yang meriset daun sirsak bersama Jerry L McLaughlin menemukan senyawa aktif acetogenins. Mereka melakukan uji praklinis dengan memanfaatkan beragam sel kanker seperti sel kanker paru-paru dan pankreas. ‘Tujuan penelitian, mengembangkan ilmu pengobatan untuk mengatasi kanker,’ kata doktor Biologi alumnus Champaign Urbane University, Amerika Serikat, itu.
‘Acetogenins menghambat ATP (adenosina trifosfat, red). ATP sumber energi di dalam tubuh. Sel kanker membutuhkan banyak energi sehingga membutuhkan banyak ATP,’ kata Sastrodihardjo. Acetogenins masuk dan menempel di reseptor dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria. Dampaknya produksi energi di dalam sel kanker pun berhenti dan akhirnya sel kanker mati. Hebatnya acetogenins sangat selektif, hanya menyerang sel kanker yang memiliki kelebihan ATP. Senyawa itu tak menyerang sel-sel lain yang normal di dalam tubuh. ‘Acetogenins mengganggu peredaran sel kanker dengan cara mengurangi jumlah ATP. Hal ini yang membuat senyawa dalam daun sirsak dianggap selektif dan hanya memilih sel kanker untuk diserang,’ kata Sastrodihardjo.
Bukan hanya selektif, acetogenins juga dahsyat! The Journal of Natural Product membeberkan riset Rieser MJ, Fang XP, dan McLaughlin, peneliti di AgrEvo Research Center, Carolina Utara, Amerika Serikat, bahwa daun sirsak membunuh sel-sel kanker usus besar hingga 10.000 kali lebih kuat dibanding adriamycin dan kemoterapi.
Adriamycin yang mempunyai nama generik doxorubicin merupakan obat untuk mengatasi berbagai jenis kanker seperti leukemia, kanker prostat, kanker paru-paru, dan kanker pankreas. Sedangkan kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memasukkan zat atau obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
Menurut peneliti di Cancer Chemoprevention Research Center Universitas Gadjah Mada (CCRC–UGM), Nur Qumara Fitriyah, riset McLaughlin menunjukkan dengan dosis kecil saja, daun sirsak efektif memberangus sel kanker. Berdasarkan riset McLaughlin ED50 ekstrak kasar daun sirsak < 20 µg/ml, sedangkan ED50 senyawa murni cuma < 4 µg/ml. Artinya dengan dosis rebusan 10 - 15 daun sirsak masih aman dikonsumsi.
Tren sirsak
Menurut Ervizal AM Zuhud penelitian sirsak sempat ditutupi-tutupi selama 10 tahun karena ‘mengancam’ kelangsungan hidup kemoterapi dan industri kimia. Apalagi harga sirsak murah. Hasil penelitian itu, ‘Baru tersebar setelah keluarga dari seorang peneliti mengidap kanker dan mempublikasikan di dunia maya,’ kata kepala Bagian Konservasi dan Keanekaragaman Tanaman, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, itu.
Berbagai lembaga riset di tanahair juga mulai menguak rahasia daun sirsak dan kerabatnya. Sekadar menyebut contoh, periset di Pusat Studi Biofarmaka IPB, Prof Dr Latifah K Darusman, hingga kini meriset komponen kimia yang dominan di daun sirsak. Sedangkan peneliti di Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Sismindari, meriset khasiat biji dan daun srikaya yang kaya ribosome inactivating protein (RIP). ‘RIP mampu merusak sintesis protein pada sel yang sedang tumbuh sehingga mati,’ kata Sismindari.
Konsumsi daun sirsak bukan hanya untuk para pasien, tetapi juga baik bagi orang sehat. Menurut Ervizal AM Zuhud, kasiat daun sirsak bagi orang sehat, ‘Menambah kekebalan tubuh dan mencegah asam urat. Bagi pria, daun sirsak menambah jumlah dan memperkuat sperma.’ Di Indonesia kini para dokter dan herbalis meresepkan daun sirsak kepada para pasien. Ada yang meresepkan secara tunggal - hanya daun sirsak, tetapi ada pula yang meracik kombinasi daun sirsak dengan herbal lain seperti rimpang temuputih dan sambiloto. Mereka meresepkan daun sirsak antara lain untuk mengatasi beragam kanker.
Herbalis di Yogyakarta, Lina Mardiana meresepkan daun atau buah sirsak terutama sebagai pengganti kemoterapi pada pasien kanker. ‘Khasiat daun atau buah sirsak itu untuk mengeliminasi radikal bebas, mengeringkan sel kanker, menyembuhkan peradangan di dalam tubuh, dan terutama meningkatkan stamina pasien agar tubuh tidak lemah,’ kata Lina Mardiana. Para dokter dan herbalis seperti Valentina Indrajati di Bogor, Jawa Barat, memilih daun yang sedang - tak terlalu tua dan tak terlampau muda. Dari pucuk, kira-kira daun di baris ke-4 hingga ke-6.
Para herbalis meresepkan daun sirsak bukan melulu untuk mengatasi sel kanker. Herbalis di Gegerkalong, Kotamadya Bandung, Jawa Barat, H Sarah Kriswanty, misalnya, meresepkan daun sirsak untuk mengatasi bronkhitis dan kejang. Sedangkan Lina Mardiana meresepkan daun sirsak untuk pasien yang menderita peradangan, misalnya radang tenggorokan, usus, pencernaan, ambeien (baca: Sentosa Karena Graviola halaman 24).
Menurut dr Willie Japaries MARS yang juga meresepkan daun sirsak, daun Annona muricata bersifat netral sehingga sesuai untuk mengatasi beragam jenis kanker. Herbalis lain yang juga meresepkan daun sirsak antara lain dr Prapti Utami di Jakarta Selatan dan Maria Andjarwati (Kelapagading, Jakarta Utara. Para herbalis dan dokter itu sebagian besar meresepkan daun sirsak baru pada 2 - 4 tahun silam. Pada umumnya mereka tak meracik, tetapi pasien yang menyiapkan sendiri sejak pencarian daun hingga merebus.
Harap mafhum hingga saat ini di pasaran belum tersedia ekstraksi daun sirsak dalam kapsul seperti kapsul bermerek Graviola yang beredar di mancanegara. Oleh karena itu, mereka mempersiapkan sendiri. Pasien yang belum memiliki pohon biasanya membeli bibit sirsak. Dampaknya permintaan bibit juga meningkat. Produsen bibit buah-buahan di Pontianak, Kalimantan Barat, Simbul Haryadi mengatakan permintaan bibit sirsak pada September 2010 mencapai 400 bibit. Padahal, biasanya hanya 10 bibit per bulan. ‘Stok bibit di kebun sampai habis, sekarang saya sedang memperbanyak lagi,’ kata Haryadi.
Begitu juga permintaan di nurseri Tebuwulung milik Eddy Soesanto di Cijantung, Jakarta Timur, yang mencapai 600 - 700 bibit per bulan. Lonjakan permintaan signifikan itu terjadi dalam 4 bulan terakhir. Produsen bibit buah di Bogor, Jawa Barat, Syahril sama juga. Permintaan bibit durian belanda itu fantastis, sejak Agustus 2010 mencapai 3.000 - 5.000 tanaman per bulan; sebelumnya, 500 bibit per bulan. Harga bibit setinggi 40 - 50 cm di berbagai penangkar Rp20.000 - Rp30.000. Menurut para penangkar tingginya permintaan bibit sirsak berkaitan dengan pemanfaatan daun atau buah sebagai obat tradisional. Benar kata Yeni Sumarni yang juga mengonsumsi daun sirsak, ‘Obat kanker itu ternyata murah meriah, kita tak perlu mengeluarkan uang jutaan rupiah.’ (Sardi Duryatmo/Peliput: Endah Kurnia Wirawati, Lastioro Anmi Tambunan, & Tri Susanti)